Pages

Jumat, 23 November 2012


Jejak Sejarah Perjuangan Bangsa Di Hotel Majapahit

Bangunan gedung yang didominasi oleh warna putih itu tampak kuno dengan arstiektur ala bangunan masa kolonial Belanda. Dengan bentuknya yang khas, bangunan yang saat ini menjadi hotel di Jalan Tunjungan  di Kota Surabaya - Jawa Timur itu cukup menarik perhatian bagi para pelintas jalan.


Di gedung itulah yang menyimpan salah satu jejak perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan pendudukan kolonial di Surabaya. Karena di bangunan inilah terjadi peristiwa yang sangat bersejarah dan heroik yaitu perobekan bendera Belanda oleh para pejuang. 

Bendera Belanda yang berwarna merah , putih dan biru itu dirobek pada bagian warna birunya dan kemudian dikibarkan kembali menjadi bendera Indonesia yang berwarna merah dan putih.

Kisah itu bermula pada tanggal 18 September 1945, datanglah di Surabaya (Gunungsari) opsir-opsir Sekutu dan Belanda dari AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) bersama-sama dengan rombongan Intercross dari Jakarta.


Rombongan Sekutu tersebut oleh administrasi Jepang di Surabaya ditempatkan di Hotel Yamato, Jl Tunjungan 65, sedangkan rombongan Intercross di Gedung Setan, Jl Tunjungan 80 Surabaya, tanpa seijin Pemerintah Karesidenan Surabaya.


Dan sejak itu Hotel Yamato dijadikan markas RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees: Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran).

Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman pada sore hari tanggal 19 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato pada sisi sebelah utara. 


Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.

Kabar tersebut tersebar cepat di seluruh kota Surabaya, dan Jl. Tunjungan dalam tempo singkat dibanjiri oleh massa yang marah. Massa terus mengalir hingga memadati halaman hotel serta halaman gedung yang berdampingan penuh massa yang diwarnai amarah. 

Di sisi agak belakang halaman hotel, beberapa tentara Jepang berjaga-jaga untuk mengendalikan situasi tak stabil tersebut. Dalam perkembangan berikutnya pada  peristiwa itu kemudian menyebabkan Mr. W.V. Ch Ploegman tewas oleh para pejuang.

0 komentar:

Posting Komentar