Pages

Jumat, 23 November 2012


Jejak Sejarah Perjuangan Bangsa Di Hotel Majapahit

Bangunan gedung yang didominasi oleh warna putih itu tampak kuno dengan arstiektur ala bangunan masa kolonial Belanda. Dengan bentuknya yang khas, bangunan yang saat ini menjadi hotel di Jalan Tunjungan  di Kota Surabaya - Jawa Timur itu cukup menarik perhatian bagi para pelintas jalan.


Di gedung itulah yang menyimpan salah satu jejak perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan pendudukan kolonial di Surabaya. Karena di bangunan inilah terjadi peristiwa yang sangat bersejarah dan heroik yaitu perobekan bendera Belanda oleh para pejuang. 

Bendera Belanda yang berwarna merah , putih dan biru itu dirobek pada bagian warna birunya dan kemudian dikibarkan kembali menjadi bendera Indonesia yang berwarna merah dan putih.

Kisah itu bermula pada tanggal 18 September 1945, datanglah di Surabaya (Gunungsari) opsir-opsir Sekutu dan Belanda dari AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) bersama-sama dengan rombongan Intercross dari Jakarta.


Rombongan Sekutu tersebut oleh administrasi Jepang di Surabaya ditempatkan di Hotel Yamato, Jl Tunjungan 65, sedangkan rombongan Intercross di Gedung Setan, Jl Tunjungan 80 Surabaya, tanpa seijin Pemerintah Karesidenan Surabaya.


Dan sejak itu Hotel Yamato dijadikan markas RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees: Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran).

Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman pada sore hari tanggal 19 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato pada sisi sebelah utara. 


Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.

Kabar tersebut tersebar cepat di seluruh kota Surabaya, dan Jl. Tunjungan dalam tempo singkat dibanjiri oleh massa yang marah. Massa terus mengalir hingga memadati halaman hotel serta halaman gedung yang berdampingan penuh massa yang diwarnai amarah. 

Di sisi agak belakang halaman hotel, beberapa tentara Jepang berjaga-jaga untuk mengendalikan situasi tak stabil tersebut. Dalam perkembangan berikutnya pada  peristiwa itu kemudian menyebabkan Mr. W.V. Ch Ploegman tewas oleh para pejuang.

Senin, 12 November 2012

Pameran Lukisan Di Pekan Budaya Kota Blitar

Senin, 05 November 2012

Gajah Itu tampak beringas dengan terdapat sebongkah kayu di belalainya.Dengan segala kekuatannya, dia mencoba untuk bertahan dari terkaman empat harimau yang menyerangnya secara bersamaan. Begitulah gambaran dari lukisan  indah yang berjudul Tipisnya Peradaban karya Yudi Osasi.
Lukisan itu merupakan salah satu dari puluhan lukisan yang digerlar dalam kegiatan Pameran Lukisan Pekan Budaya Kota Blitar. Pameran ini diadakan  dari tanggal 6-8 November 2012 dengan bertempat di Balai Kesenian yang berada di dalam kompleks Istana Gebang, Kota Blitar - Jawa Timur.
Pameran ini merupakan kerja sama antara Kominparda Kota Blitar, Dewan Kesenian Kota Blitar dan para pelukis di Kota Blitar.
Sangat menarik menyimak acara ini karena memajang  berragam tema lukisan.Selain itu juga dengan berragam teknik pembuatan lukisan dan media lukis yang dgunakan. Kesemuanya tampak memanjakan keindahan pada segi optis dan estetika. .  
Tema satwa, buah, ekspresionisme, realisme  dan sebagainya pada lukisan-lukisan itu memiliki keindahannya tersendiri.Simaklah lukisan yang berjudul Pisang karya Haroyo.Lukisan yang berukuran 100 cm x 150 cm itu tampak begitu nyata dan  mengingatkan saya pada lukisan dengan gaya lukis  ala Bali.

 
Atau lukisan karya Rahmanu yang berjudul Anggrek Ungu dengan ukuran 50 cm x 45 cm. Lukisan yang menggunakan oilon canvas itu tampildengan warna lembut yang bernuansa  hangat dan romantis.

Minggu, 04 November 2012


Misteri Dua Lukisan Mona Lisa

Lukisan Mona Lisa yang lebih muda dan ceria picu perdebatan sengit.


Misteri di balik senyum enigmatik Mona Lisa, lukisan karya maestro Leonardo da Vinci, menjadi lebih rumit. Belum lagi terkuak simbol-simbol yang diduga tersembunyi di dalamnya, kini muncul kembarannya: Mona Lisa dalam versi yang lebih muda dan ceria.

Lukisan yang diyakini juga dilukis Da Vinci, satu dekade lebih awal, dipresentasikan Kamis 27 September di Jenewa, Swiss.

Disebut sebagai Isleworth Mona Lisa, karya seni ini menjadi fokus 35 tahun penelitian, yang terangkum dalam buku setebal 320 halaman yang dipublikasikan oleh Mona Lisa Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Zurich, Swiss.

Dilengkapi catatan sejarah, arsi, data ilmiah dan eksperimen, buku tersebut bertujuan untuk mendukung teori bahwa lukisan itu adalah lukisan asli Lisa Gherardini del Giocondo, model lukisan Mona Lisa. Sementara masterpiece yang tergantung di dinding Museum Louvre, Prancis, yang dilindungi kaca anti peluru adalah versi selanjutnya, yang dirampungkan di Roma sekitar tahun 1516.

"Bukti sejarah menunjukkan, Leonardo da Vinci meninggalkan potret Mona Lisa yang belum selesai, yang diapit dua kolom sisi," demikian pernyataan Mona Lisa Foundation.

Sedikit lebih besar dari versi yang tergantung di Louvre, Isleworth Mona Lisa menunjukan latar belakang yang belum selesai dibingkai oleh dua kolom. Dengan tone yang lebih gelap, menggambarkan seorang wanita muda yang senyumnya "kurang" misterius.

Meskipun telah dianggap sebagai temuan baru, Isleworth Mona Lisa tidak diketahui luas oleh para sejarawan seni. Keasliannya telah menjadi subyek perdebatan sejak lukisan kanvas itu ditemukan pada tahun 1913 oleh kolektor seni Inggris, Hugh Blaker. Dia membelinya dari seorang? keluarga bangsawan yang telah memilikinya selama 150 tahun? dan membawanya ke studionya di Isleworth, London. Itulah mengapa Mona Lisa versi ini menyandang nama Isleworth.

Seperti dikutip Discovery, pada tahun 1915, ayah tirinya, John R. Eyre, seorang sejarawan seni, menerbitkan sebuah buku yang menyatakan bahwa Leonardo melukis dua versi Mona Lisa dan mengklaim bahwa setidaknya payudara, wajah, dan tangan Isleworth benar dilukis oleh Da Vinci. Yang pada dasarnya adalah prekuel dari potret terkenalnya.

Kisah lukisan itu berlanjut ke jutawan AS sekaligus kolektor seni, Henry F. Pulitzer yang membelinya tahun 1962, dan menyimpannya di lemari besi di Swiss selama 40 tahun.

Menurut ahli yayasan itu, ada empat peristiwa sejarah yang mendukung teori bahwa ada dua Mona Lisa yang dihasilkan Da Vinci.

Apakah Mona Lisa Isleworth asli karya Da Vinci?

Ahli Da Vinci,  Carlo Pedretti dari Armand Hammer Center for Leonardo Studie, University of California menduga, ada beberapa tangan yang terlibat dalam pengerjaan lukisan kanvas itu.

"Coba bandingkan kualitas dan intensitas wajah dengan pepohonan di latar belakang. Pohon-pohon mengungkapkan teknik yang berbeda dan juga perspektif. Kemungkinan besar, mereka dilukis oleh orang lain," kata Alessandro Vezzosi, direktur Museo Ideale di Tuscan, kota kelahiran Da Vinci.

Dalam 12 tahun belakangan, lukisan itu menjalani segala macam tes dari sinar gamma, inframerah, hingga forensik.

Namun, matematikalah yang memandu para ahli menemukan apa yang disebut sebagai "teknik tersembunyi Leonardo".

Garis horizontal sederhana yang ditarik di kedua lukisan Mona Lisa menunjukkan kesamaan proporsional yang tepat meskipun, keduanya tidak sama ukurannya.

"Mata, hidung, jarak antara mulut dan dagu, persis di lokasi yang sama. Hanya seminam yang sama bisa tahu bagaimana melakukan hal itu tanpa bantuan teknologi modern," kata sejarawan seni, Stanley Feldman, penulis utama dari buku setebal 320 halaman itu.
Kesamaan dua lukisan Mona Lisa

Klaim tersebut menjadi kontroversi sengit di dunia seni. Profesor Oxford, Martin Kemp bersikukuh, tak ada alasan untuk berpikir bahwa ada versi awal Monalisa.

"Isleworth Mona Lisa melewatkan rincian halus dari lukisan yang asli, seperti kerudung, rambut, layer pakaiannya, struktur tangan. Lanskapnya pun tidak halus," kata dia.

Kemp juga menekankan bahwa Isleworth Mona Lisa dilukis di atas kanvas. Padahal mayoritas karya Leonardo, termasuk Mona Lisa yang ada di di Louvre,  dilukis di kayu. (umi)

Misteri Lukisan yang Selalu Berpindah Tempat



13330063181766260910
Silakan melihat dengan seksama lukisan di atas…..
Apakah ada yang aneh dalam lukisan tersebut? Tentu saja kita akan memberikan penilaian yang beragam. Mulai dari tarikan garisnya, warna dan perpaduannya, irama dan harmoninya, komposisinya, serta objek keseluruhannya, membuat sebuah persepsi yang berbeda-beda. Lukisan (ukuran 100 X 75 cm2) cat minyak di atas kanvas ini saya buat pada tahun 1996 dan saya beri nama “Penari Legong”. Sejak tahun itu pula lukisan ini saya pajang di sebuah sanggar seni rupa di kampus, dengan berbagai cerita ataupun hal-hal aneh yang “menimpa” lukisan tersebut.
Keanehan yang pertama, adalah pada saat saya ikut pameran “keroyokan” di LIA (Lembaga Indonesia Amerika) Jl. Pramuka, Jakarta Timur. Dua minggu sebelum pameran saya pesan bingkai untuk lukisan ini, namun tidak tahu kenapa ternyata bingkainya terlalu kecil, sehingga lukisan dan bingkai tidak bisa dipadukan sebagaimana mestinya. Terpaksa bingkai tetap saya pasang dengan cara menumpang di atas lukisan (sekedar untuk pameran saja). Selesai pameran saya kembalikan bingkai tersebut agar diganti dengan yang baru (saya sertakan selembar kertas berisi catatan ukuran). Namun apa yang terjadi, setelah sampai sanggar ternyata bingkainya tidak mau dipasang karena terlalu besar 1 cm di setiap sisinya. Pertama terlalu kecil dan yang kedua kebesaran. Akhirnya saya biarkan lukisan saya “telanjang” tanpa bingkai. Sampai sekarang bingkai ini masih berada di rumah saya, karena tidak ada spanram (kayu tampat menempelnya kanvas) yang ukurannya cocok.
Keanehan yang kedua adalah setiap saya mampir ke sanggar, saya selalu mendapati lukisan ini berada di pojok ruangan dalam posisi terbalik, yaitu bagian mukanya menghadap ke tembok. Tentu saja saya tidak membiarkan dan selanjutnya saya pasang kembali di tempatnya semula. Namun kejadian ini berulang dan berulang lagi, sehingga terpaksa saya menanyakan pada salah seorang yang tinggal di sanggar tersebut.
Sebut saja namanya Alim, menjelaskan bahwa lukisan tersebut sengaja diletakkan terbalik di bawah, karena sering terjadi hal-hal aneh yang berasal dari lukisan ini.
“Ah .., apa iya begitu?” tanya saya.
Alim menjelaskan bahwa pada suatu malam, salah satu mahasiswa, sebut saja Lahar, melihat lukisan ini bergerak-gerak dan dari lukisan tersebut, muncul seorang nenek-nenek turun ke lantai dan menari di depannnya. Kisah yang lain juga dialami oleh mahasiswa yang bernama Hilton, melihat hal yang sama persis seperti yang dialami temannya.
“Ah .., apa iya ada yang begitu?” pikir saya.
Untuk mencari kebenaran misteri tersebut, saya langsung menghubungi mahasiswa yang bernama Lahar dan menanyakan kebenaran cerita tersebut. Jawabnya ternyata sama dengan apa yang telah diceritakan oleh Alim, namun apa yang dilihat sebenarnya antara sadar dan tidak sadar (bermimpi tapi kelihatan sangat nyata). Begitu pula saat saya tanyakan pada Hilton, jawabannya sama.
Saya katakan pada mereka bahwa hal ini sangat mengada-ada dan perlu dibuktikan kebenarannya secara empiris. Malam harinya, lukisan saya pasang kembali di tempatnya semula. Dengan sangat terpaksa akhirnya saya nginep dengan harapan bisa “ikut berbagi” pengalaman misteri tersebut. Pagi harinya saya bangun tanpa mengalami hal-hal yang aneh sedikitpun. Sebelum pulang saya berpesan agar lukisan tetap terpasang di tempatnya dan jangan diganggu keberadaannya.
Sejak saat itu, Hilton tidak mau lagi tidur di sanggar. Entah siapa lagi yang tega berbuat, setiap saya ke sanggar, lukisan selalu berada di pojok ruangan dalam posisi terbalik. Bahkan saking lamanya saya tidak ke sanggar, tahu-tahu lukisan sudah “pindah” ke gudang. Tidak ada yang mengaku siapa yang meletakkannya di sana.
***
Akhir tahun 2002, secara tidak sengaja saya melihat lukisan “Penari Legong” ini sedang dibahas habis dalam acara “Percaya Nggak Percaya” yang ditayangkan stasiun televisi ANTV. Tentu saja pembahasannya dibuat dengan berbagai bumbu misteri, yang seolah-olah lukisan saya memang ada “isinya”. Tahu sendiri bagaimanalebay-nya narasi dan komentar yang disuguhkan pada acara-acara semacam ini (hantu, misteri, dan sejenisnya). Tidak ada apa-apa dibilang ada penampakan. Biar tambah seram, ditambah dengan ilustrasi back sound yang mencekam.
Wawancaranya dengan mahasiswa dan tokoh spiritual (host bawaan acara Percaya Nggak Percaya) menjadikan lukisan saya menyeramkan dan menakutkan. Lebihhiperbola-nya lagi, setiap orang yang melihat lukisan ini mengatakan bahwa matanya menyeramkan dan bahkan ada yang bilang kalau bola matanya sempat bergerak ke arah kiri.
***
Untuk menyelamatkan kredibilitas lukisan saya, terpaksa saya pindahkan ke ruang guru di tempat saya mengajar. Senangnya bisa sering memandang lukisan yang saya buat hampir memakan waktu tiga (3) bulan. Ada rasa kangen dan tidak tahu mengapa saya benar-benar begitu dekatnya dengan sebuah lukisan. Ketika mau mengajar, saya sempatkan memandang dengan senyum. Begitu pula ketika memasuki ruang guru, pertama kali yang saya lihat adalah lukisan itu. Dan inilah sebuah awal (lagi) dari keanehan yang ketiga.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Lukisan saya “difitnah” telah menakut-nakuti seorang guru yang kebetulan datang paling pagi. Menurut cerita beberapa orang pramubhakti (cleaning service), pagi itu pak Muamar (bukan nama sebenarnya) masuk ke ruang guru dan langsung menyalakan komputer. Tiba-tiba terdengar suara berderit berkali-kali dari arah belakangnya, sontak ia menengok dan (katanya) melihat lukisan Penari Legong sedang bergerak bagian kanan dan kirinya bergantian maju dan mundur. Tanpa melihat lebih jauh lagi, dengan segala kekuatannya sembari menabrak beberap kursi, pak Muamar langsung lari terbirit-birit sampai ketemu dengan salah seorang pramubhakti.
Waktu sore beberapa minggu kemudian, saya hampir ditabrak oleh mas Rudy (salah seorang pramubhakti) yang lari sekencang-kencangnya dari arah ruang guru. Pada saat sedang menyapu, katanya ia melihat lukisan Penari Legong sedang bergerak beradu dengan tembok yang menimbulkan suara berderit. Mas Rudy menolak kembali ke ruang guru meskipun saya menawarkan diri untuk menemani.
Tentu saja tembok ruang guru juga “bertelinga”. Paginya jadi berita yang ramai dan dengan terpaksa saya memindahkan lukisan saya di depan ruang piket, dengan harapan seandainya lukisan ini “berani macam-macam” maka akan terlihat oleh banyak orang. Kebetulan ruang piket berada di koridor utama, setelah pintu masuk sekolah. Alasan saya yaitu, sampai sekarang saya tetap yakin bahwa hal-hal misteri atau semacam hantu itu selalu dilihat oleh satu orang, dan tidak pernah dilihat oleh banyak orang. Dan saya sering juga memberi pengertian ini kepada anak-anak saya, bahkan beberapa orang lain, karena satu orang yang melihat hantu adalah ……. seorang pembohong! (mohon maaf jika di antara yang pembaca ada yang yakin pernah melihat hantu).
Benar dugaan saya. Selama berada di koridor utama hampir satu tahun, tidak lagi terdengar “gosip yang tak sedap” mengenai lukisan saya.
***
Sekali lagi, lukisan saya harus pindah karena “tempat bersemayamnya” akan dipakai untuk menaruh sebuah kanvas baru yang berisi tentang “Janji Siswa” dan pembubuhan tanda tangan masing-masing ketua angkatan. Atas “pengusiran paksa” inilah, menjadikan sebuah cerita tentang keanehan yang keempat.
Bingung mau menaruh di mana lukisan saya. Sepertinya sudah tidak ada lagi tempat untuk menggantungnya. Lagi memikirkan nasib lukisan saya, tiba-tiba ada seorang Kepala Bagian Perlengkapan meminta supaya lukisan Penari Legong dipasang saja di ruangannya. Ini yang namanya pucuk dicinta ulampun tiba. Tanpa basi-basi lagi, langsung saya bawa menuju ruang perlengkapan dan saya pasang dengan bantuan seorang tukang sekolah.
Entah ada apa dengan lukisan ini, tanpa sebab-sebab yang jelas, ternyata lukisan saya telah berpindah lagi di gudang sekolah. Menurut bagian gudang sebenarnya lukisan sudah berada di gudang hampir dua bulan. Tentu saja saya berang dan sempat curhat sama Kepala Bagian Administrasi Umum.
“Kenapa waktu memintanya baik-baik….,  kok enak saja ditaruh di gudang tanpa memberi tahu terlebih dahulu?”
Lukisan memang terlihat kusam dan berdebu. Saat itu juga langsung saya bersihkan menggunakan air dan sabun. Wow ..! terlihat seperti baru lagi lukisan kesayangan saya. Tak ada hitungan menit, Kepala Bagian Administrasi langsung “meminang” lukisan Penari Legong agar ditaruh di ruangannya, katanya lukisannya bagus banget. Tentu saja saya minta dulu keseriusannya, jangan-jangan nanti dibuang ke gudang lagi. Setelah terjadi kesepakatan, lukisan berpindah lagi di dalam ruangan baru.
Apakah kali ini bisa bertahan lama? Tentu saja jawabannya sudah kita ketahui bersama. Beberapa bulan selanjutnya, saya melihat seorang pramubhakti sedang membawa lukisan saya ke arah gudang. Kontan saja saya mengejarnya dan menanyakan maksud membawa lukisan saya. Benar dugaan kita semua! Menurut cerita, lukisan saya sempat mengganggu konsentrasi karyawan dalam bekerja. Mereka sepakat agar lukisan dipindah saja ke gudang. Sekali lagi! Keputusan ini tanpa sepengetahuan saya.
Sakit hati saya. Dulu sudah sepakat ketika meminta lukisan untuk dipasang di ruangannya dan berjanji tidak akan memindahkan ke gudang. Tapi ketika saya protes mengutarakan maksud saya, hanya dibalas dengan senyum dan mimik perasaan malu dan bersalah tanpa sepatah katapun.
Barangkali memang sudah menjadi “nasib” lukisan saya yang harus berpindah, berpindah, dan berpindah lagi. Kebetulan ruangan saya sudah jadi beberapa minggu yang lalu. Dan lukisan ini memang berjodoh dengan saya.
Sekarang sudah hampir tujuh (7) tahun lukisan Penari Legong berada di ruangan saya tanpa ada kisah dan “gosip” yang aneh-aneh lagi.

Syarat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (La Ilaha Illallah)

Bismillah,

Syarat-syarat Kekokohan Pondasi



Dari sini kita mengetahui bahwa kesempurnaan agama seseorang dan segala bangunan yang berdiri di atasnya sangat tergantung pada kekokohan pondasi bangunan tersebut. Syarat agar landasan itu kokoh terlalu banyak dan landasan bangunan Islam adalah dua kalimat syahadat dan kekokohan bangunan ada pada kesanggupan untuk menyempurnakan syarat-syaratnya.

Wahb bin Munabbih menggambarkan sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari: “Setiap kunci memiliki gigi-gigi, dan kunci surga adalah Laa Ilaha illallah."
Beliau juga berkata: “Gigi-gigi kunci tersebut adalah syaratnya, jika engkau membawa kunci yang memiliki gigi niscaya akan terbuka pintunya dan jika tidak memiliki gigi tidak akan dibuka bagimu." (lihat Tuhfatul Murid hal. 2)

Laa Ilaha illallah memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi setiap pengikrarnya. Semua syarat tersebut tidak diharuskan untuk dihafal akan tetapi cukup untuk diamalkan kandungannya walaupun tidak dihafal. (lihat Tuhfatul Murid hal. 3)

Syarat-syaratnya terhimpun dalam bait syair dibawah ini:

عِلْمٌ يَقِيْنٌ وَإِخْلاَصٌ وَصِدْقُكَ مَعَ
مَحَبَّةٍ وَانْقِيَادٍ وَالْقَبُوْلِ لَهَا

Ilmu, yakin dan ikhlas berikut kejujuranmu bersama.
Cinta, ketundukan dan kepasrahan menerimanya.

Syarat pertama: Mengilmui makna kalimat Laa Ilaha illallah



Maknanya adalah mengilmui dan mewujudkan di dalam amal karena tidak cukup hanya mengilmui maknanya lalu tidak mengamalkannya. Bukankah orang kafir Quraisy di masa silam lebih mengetahui maknanya dibanding kaum muslimin di masa sekarang? Namun pengetahuan mereka tentang kalimat yang agung ini tidak menjadikan mereka beriman disebabkan mereka tidak mau mengamalkan apa yang mereka ketahui. Hal tersebut nampak ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru mereka agar mengucapkan Laa Ilaha illallah sembari mereka menyangkal.

أَجَعَلَ اْلآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

“Apakah dia (Rasulullah) akan menjadikan tuhan-tuhan (ini) menjadi satu tuhan? Sesungguhnya ini perkara yang sangat mengherankan.” (Shad: 5)

Tentang syarat ini telah disebutkan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam firman-Nya:

إِلاَّ مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

“Kecuali bagi orang yang mempersaksikan kebenaran dan mereka mengetahuinya.” (Az-Zukhruf: 86)

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

“Maka ketahuilah bahwa tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah.” (Muhammad: 19)
Diriwayatkan dari Utsman bin ‘Affan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

"Barangsiapa yang meninggal dan dia mengetahui kalimat La ilaha illallah akan masuk ke dalam surga .”

Syarat kedua: Yakin terhadap makna yang dikandungnya.



Keyakinan yang akan menghilangkan keraguan pada diri seorang muslim. Artinya, yang mengucapkannya meyakini kebenaran, kandungan, dan konsekuensi kalimat tersebut, dengan keyakinan yang pasti dan bukan dengan zhan (praduga) belaka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ آمَنُوا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu padanya dan mereka berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa-jiwa mereka, merekalah orang-orang yang jujur.” (Al-Hujurat: 15)

Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyaratkan kejujuran iman orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tidak ada keraguan padanya. Karena ragu dalam keimanan merupakan sifatnya orang-orang munafiq.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَقِيْتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang engkau jumpai di belakang tembok ini, yang mempersaksikan bahwa tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah, dengan penuh keyakinan dalam hati maka berikanlah kabar gembira dengan surga .”

Syarat Ketiga: Ikhlas



Keikhlasan yang akan memadamkan segala gejolak kesyirikan, kemunafikan, riya’ (ingin dilihat) dan sum’ah (ingin didengar/populer). Karena ikhlas dalam pandangan agama adalah membersihkan amalan dengan niat yang baik dari segala noda-noda kesyirikan.

فَاعْبُدِ اللهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّيْنَ

“Maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan agama bagi-Nya.” (Az-Zumar: 2)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ

“Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku kelak pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Lailahaillallah dengan penuh keikhlasan dari hatinya.”

Dari ‘Itban bin Malik ia berkata: Telah bersabda Rasulullah:

إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلىَ النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ

“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi orang yang megucapkan Lailahaillallah semata-mata mencari wajah Allah.”

Syarat Keempat: Jujur



Kejujuran yang akan menghilangkan sifat dusta. Artinya, orang yang mengucapkan kalimat Laa Ilaha illallah harus dibenarkan oleh hatinya, karena jika dia mengucapkannya dengan lisan lalu hatinya tidak membenarkan apa yang diucapkan maka dia adalah orang munafiq dan pendusta.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ألم, أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُوْلُوا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُوْنَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِيْنَ

“Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengucapkan kami beriman lalu tidak diuji. Dan sungguh Kami telah menguji orangorang sebelum mereka, agar Allah benarbenar mengetahui siapa di antara mereka yang jujur dan siapa yang berdusta.” (Al-’Ankabut: 1-2)

Diriwayatkan dari Anas, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ صَادِقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلاَّ حَرَّمَهُ اللهُ عَلىَ النَّارِ

“Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah dan Muhammad adalah rasul Allah dengan penuh kejujuran dalam hatinya, melainkan Allah akan mengharamkan neraka atasnya.”

Syarat Kelima: Cinta



Artinya cinta terhadap kalimat yang besar ini dengan segala konsekuensinya dan mencintai pula orang yang mengamalkan maknanya beserta syarat-syaratnya, juga membenci para penentangnya.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللهِ أَنْدَادًا يُحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِيْنَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا للهِ

“Dan di antara manusia ada orang yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan (di mana) mereka cinta kepadanya sebagaimana cintanya kepada Allah, sedangkan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)

Orang yang bertauhid akan mencintai Allah dengan kecintaan yang murni. Sebaliknya, orang yang menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala namun bersamaan dengan itu juga mencintai selain Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana cintanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tentu hal ini akan menafikan ketauhidannya.

Syarat Keenam: Ketundukan



Ketundukan dan pasrah diri dalam melaksanakan segala konsekuensi kalimat tersebut dengan cara menolak semua jenis kesyirikan yang akan membatalkan ketauhidan.

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى

“Dan barangsiapa yang memasrahkan wajahnya kepada Allah dan dia dalam berbuat baik, maka sugguh dia telah berpegang dengan tali yang kokoh.” (Luqman: 22)

Syarat Ketujuh: Menerima



Artinya menerima kalimat tersebut dan kandungannya, dengan lisan dan hatinya, beserta segala konsekuensinya dengan menghilangkan sikap penolakan apa yang dituntut oleh kalimat tauhid tersebut.

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيْلَ لَهُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَسْتَكْبِرُوْنَ وَيَقُوْلُوْنَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُوْنٍ

"Sesungguhnya mereka jika diserukan untuk mengucapkan kalimat Laa ilaha illallah mereka menyombongkan diri. Dan mereka seraya berkata: Bagaimana kami akan meninggalkan tuhan-tuhan kami karena (seruan) seorang yang gila.” (Ash-Shaffat: 35-36)

[lihat ‘Aqidah Tauhid hal. 53-57 karya Asy-Syaikh Shalih Fauzan, Al-Qaulul Mufid fi Adillati At-Tauhid hal. 28-33 karya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Yamani, Laa Ilaha illallah Ma’naha wa Makanaha wa Muqtadhaha hal. 14-15, karya Asy-Syaikh Shalih Fauzan, Tuhfatul Murid Syarh Al-Qaulil Mufid hal. 2, karya Nu’man Al-Watr]

Pembaca yang budiman, demikianlah gambaran kecil tentang syarat kalimat tauhid yang merupakan intisari dakwah para nabi dan karenanya diturunkan kitab-kitab. Maka jika kita menginginkan kekokohan dalam agama, sempurnakanlah pondasi bangunan Islam tersebut. Demikianlah makna ucapan Ibnu Rajab Al-Hambali sebagaimana di atas.

Penulis : Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah

Wallahu a’lam.

Pesan Dari Zaman Batu yang Masih Menjadi Misteri

Lukisan atau simbol-simbol yang terdapat di dinding-dinding gua sepertinya adalah asal-usul bahasa tertulis. Pertama kali ditemukan di Perancis dan kemudian ditemukan di berbagai belahan dunia. Kira-kira pesan apa yang bisa kita tangkap dari lukisan atau simbol-simbol ini.

Seorang pengunjung melihat pada dinding-dinding Aula Besar Bulls, gua Lascaux II, Dordogne, Perancis, yang memiliki lukisan-lukisan prasejarah yang indah, sampai sekarang. Hanya baru-baru ini saja para peneliti sudah mulai melihat, setengah lingkaran aneh squiggles, garis dan zigzag yang mengelilingi mereka. Ini mungkin sebuah kunci untuk memahami bentuk-bentuk awal komunikasi manusia.
Lukisan batu ini di Chobe Taman Nasional, Botswana, menggambarkan sebuah eland, gajah dan kijang atau gemsbok. Namun, simbol-simbol yang mengelilingi mereka yang mungkin memegang kunci untuk memahami komunikasi manusia awal.

Garis zigzag tidak muncul sampai 20.000 tahun yang lalu dan 13.000 tahun yang lalu telah menghilang. Bentuk mengular berbentuk sama ada dari 30.000 tahun yang lalu, tetapi juga menghilang dari sekitar 13.000 tahun yang lalu. Simbol serupa telah ditemukan di Australia, Afrika Tengah, Eropa, dan Selatan dan Amerika Utara.
Tangan ini dicat di dinding gua di Rio Pinturas, Argentina. Bentuk tangan yang diciptakan dengan menekan seluruh atau sebagian dari tangan terhadap permukaan, menggunakan cat atau tanah liat.

Meskipun terlihat jelas, simbol ini sangat mengherankan dan langka, ditemukan hanya kurang dari 7 persen dari situs Perancis. Pertama kali ditemukan di Chauvet, dan tampaknya telah menyebar ke berbagai daerah hingga 13.000 tahun yang lalu sampai akhirnya tidak digunakan lagi. Simbol ini juga terdapat di Australia dan Burma.
Simbol Tangan mendominasi mural di sebuah gua asli Australia, menunjukkan seberapa jauh penyebaran simbol tersebut. Terdapat juga simbol spiral di bagian atas atap. Simbol spiral ditemukan di hanya dua situs Perancis, yang mengejutkan para peneliti karena ternyata motif umum dalam budaya ini.

Meskipun langka di Perancis, fitur simbol spiral terdapat pula dalam seni batuan di seluruh dunia, termasuk China, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan.
Lukisan-lukisan ini ditemukan di gua Lascaux II. Simbol berbentuk titik seperti yang jelas terlihat tapi begitu juga yang berbentuk segi empat (di sebelah kiri jangka titik). Simbol berbentuk segi empat ditemukan di 20 persen situs dan telah dihubungkan dengan situs di Afrika Selatan, India dan Selatan dan Amerika Utara.
Simbol-simbol ini ditemukan di gua-gua di Rio Pinturas, Argentina. Lingkaran terkonsentrasi di kiri bawah dianggap sebagai contoh-contoh awal dari synecdoche (menggunakan bagian dari sesuatu untuk mewakili keseluruhan), dan cara yang mewakili ide-ide simbolis daripada realistis. Lingkaran serupa di tempat lain telah digunakan untuk mewakili mata di lukisan kuda dan banteng.
Titik dan garis adalah beberapa simbol yang paling sering ditemukan. Titik-titik dalam berbagai ukuran muncul di 42 persen dari situs Perancis, termasuk yang satu ini di Chauvet. Garis-garis ditemukan di lebih dari 70 persen situs dan muncul dari 30.000 tahun yang lalu sampai 10.000 tahun yang lalu.

Bagaimana dengan di indonesia?

Ternyata tidak kalah banyak juga lukisan atau simbol-simbol yang ditemukan di Indonesia. Penemuan lukisan gua di Sulawesi Selatan untuk pertama kalianya dilakukan oleh C.H.M. Heeren-Palm pada tahun 1950 di Leang PattaE.
Di gua ini juga ditemukan cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah. Barangkali ini merupakan cap tangan kiri perempuan. Ada pun cap-cap tangan tangan ini dibuat dengan cara merentangkan jari-jari tangan itu di dinding gua kemudian ditaburi dengan cat merah.

Di gua tersebut juga ditemukan lukisan seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah di bagian jantungnya. Barangkali lukisan semacam ini dimaksudkan sebagai suatu harapan agar mereka berhasil berburu di dalam hutan. Babi rusa tadi digambarkan dengan garis-garis horizontal bewarna merah

Lukisan Anoa pada dinding Gua Sumpangbita, Pangkep, Sulawesi Selatan.
Di Maluku, penemu lukisan dinding gua adalah J. Roder pada tahun 1937, walaupun mungkin masyarakat sekitar sudah mengenal sebelum Roder menemukannya. Roder menemuan lukisan gua sebanyak 100 buah di Pulau Seram, pada dinding karang di atas Sungai Tala. Lukisan yang ditemukan berupa gambar-gambar rusa, burung, manusia, perahu, lambang matahari, dan mata.

Selain ditemukan di Pulau Seram, di Maluku lukisan cadas juga ditemukan di Kepulauan Kei, pada tebing batu karang dengan ketinggian 5-10 meter dari atas permukaan laut. Lukisan-lukisan yang ditemukan di Kepulauan Kei pada umumnya hanya berupa garis lurus saja, tetapi ada yang diberi warna pada bagian dalamnya, khususnya untuk gambar manusia.

Kecuali manusia dengan berbagai adegan (menari, berperang, memegang perisai, dan jongkok dengan kedua tangan terangkat), ada pula pola topeng, burung, perahu, matahari, dan bentuk geometrik. 

Gaya lukisan yang ditemukan mirip dengan lukisan yang ditemukan di Pulau Seram, Papua Barat, dan Timor, bahkan lukisan di Australia bagian selatan. 

Orang yang dianggap mencatat lukisan prasejarah pertama kali di Papua adalah Johannes Keyts (seorang pedagang) dalam perjalanan dari Banda ke pantai Nuw Guinea pada tahun 1678. Ia melewati sebuah tebing karang di tepi teluk Speelman yang dipenuhi oleh tengkorak, sebuah patung manusia, dan berbagai lukisan pada dinding gua tersebut dengan warna merah

Terdapat di gua dan ceruk di Sulawesi Tenggra terdapat di Mentanduro, La Kabori, Kolumbo, Toko, dan wa Bose, sedangkan ceruk-ceruknya adalah La Sabo, Tangga Ara, La Nasrofa, dan Ida Malangi. Semua peninggalan ini terdapat di sekitar kawasan perladangan Liabalano, Kampung Mabolu, Desa Bolo, Kecamatan Kotobu. 

Seni cadas yang paling menarik adalah Gua Tamrin dan Gua Ham karena begitu banyak gambar di dalamnya. Gua Tamrin terletak di dekat sungai Marang, memiliki sejumlah lukisan penari bertopeng yang menutupi seluruh bagian kepalanya. Lukisan tersebut mirip dengan tarian adat yang masih berlangsung pada beberapa suku di Papua. 

Sementara itu, di Gua Ham ditemukan pola cap seperti penari, tapir, rusa dan tumbuh-tumbuhan. Chazine berpendapat bahwa pola cap tangan yang di jumpai di dalam gua tersebut merupakan yang paling banyak di dunia. 

Lukisan dan simbol-simbol yang terdapat di gua-gua tersebut adalah peninggalan sejarah yang sangat berharga. Sampai-sampai lukisan yang terdapat di gua Lascaux, dibuatkan replikanya sehingga yang asli tetap terjaga.Semoga menambah wawasan kita semua.

Selasa, 23 Oktober 2012

Teknik Lukis Abstract